polaslot138
polaslot138
polaslot138

Ida Dayak dan Potret Warga Negara Indonesia yang Masih Ingin Pengobatan Alternatif

Sosiolog Universitas Andalas, Indradin menilai fenomena pengobatan alternatif seperti Ida Dayak yang kemudian viral tidak hanya sekali terjadi di masyarakat.

Jakarta, CNNIndonesia

Ida Dayak mendadak viral setelah dianggap sebagai penyembuh yang mampu menyembuhkan beberapa penyakit, dari rusaksampai-sampai bisa dikatakan mampu menyembuhkan pasien tuli dan bisu.

Masyarakat berbondong-bondong datang ke tempat praktek pengobatan Ida. Misalnya, Senin (3/4), Ida terpaksa membatalkan latihannya di GOR Divif 1 Kostrad, Depok, Jawa Barat karena antrean panjang.

Sosiolog Universitas Andalas Indradin memperkirakan fenomena pengobatan alternatif seperti Ida Dayak yang viral tidak hanya sekali terjadi di masyarakat. Dia ingat fenomena Ponari dan ‘batu bertuah’ beberapa tahun lalu.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Indradin memperkirakan masyarakat Indonesia masih cenderung memilih pengobatan alternatif karena beberapa alasan. Pertama, masyarakat sedang berubah dan berkembang dari kepercayaan pada jamu dan pengobatan alternatif ke ilmu gaib, ke pengobatan modern.

Indradin mengatakan bahwa evolusi tidak terjadi sekaligus, melainkan perlahan. Menurutnya, masih ada beberapa kelompok yang belum termakan modernisasi dan pengobatan berdasarkan penelitian dan bukti empiris.

Sebagian masyarakat masih mengikuti ajaran yang diturunkan dari nenek moyangnya, salah satunya tentang pengobatan yang tidak dapat dipungkiri karena pengobatan alternatif sudah ada bahkan sebelum pengobatan medis.

“Kedua, dalam masyarakat modern pun, budaya instan tidak bisa dihindari. Makanya orang suka mencari jalan pintas,” kata Indradin saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (5/4).

Indradin memperkirakan banyak masyarakat Indonesia dari berbagai latar belakang sosial, pendidikan, dan ekonomi masih menginginkan cara cepat untuk menyembuhkan penyakitnya.

Dengan iming-iming sembuh tanpa perlu pengobatan yang lama dan mahal, mereka dengan mudah mencoba pengobatan alternatif.

“Terapi juga ada unsur trial and error dengan dokter. Coba dosis rendah, sedang, tinggi. Ini butuh proses. Tapi mereka punya ilmu. Sementara masyarakat kita ingin cepat. Hari ini kita menanam pohon, besok mereka berbuah, kan?” katanya.

Kemudian yang ketiga, kata Indradin, masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan untuk ikut fenomena yang sedang viral di masyarakat. Banyak orang takut ketinggalan (FOMO) dan mudah terombang-ambing oleh kata-kata atau media sosial seseorang.

“Jadi tadi masyarakat kita suka jalan pintas dan tidak mau ketinggalan momen,” kata Indradin.

Lanjutkan ke halaman berikutnya…

Masyarakat Indonesia masih terikat dengan budaya dan kepercayaan nenek moyangnya

BACA HALAMAN BERIKUTNYA